Jumat, 29 Agustus 2008

'PENJOR' DARI TRADISI HINGGA KREASI


(GM.29/8). Keunikan tradisi dan budaya Hindu di Bali sudah diakui dunia. Tradisi dan budaya leluhur hingga kini tetap terjaga dengan baik. Sejalan dengan perkembangan dunia dan pengaruh global tidak dipungkiri kalau Bali sebagai bagian dari dunia terkena imbasnya. Bagi masyarakat Bali khususnya Hindu pengaruh global yang menyerang saat ini justru mampu dijadikan ide berkreasi.

Salah satu diantara banyaknya tradisi adalah pembuatan 'penjor'.

Penjor merupakan salah satu kelengkapan penting bagi umat hindu terutama dalam penyelenggaraan upacara keagamaan. Yang pasti setiap hari raya Galungan dan Kuningan umat hindu di seluruh nusantara wajib membuat penjor. Demikian pula halnya pada saat upacara lainnya seperti Dewa Yadnya (piodalan, ngenteg linggih) penjor juga menjadi bagian dari kelengkapan upacara. Penjor yang dipasang saat upacara keagamaan adalah penjor yang sesungguhnya sesuai dengan tradisi yang mengandung makna dan filosofi yang disimbolkan dengan berbagai tumbuhan dan umbi ciptaan Tuhan. Penjor tradisi ini wajib memenuhi unsur-unsur seperti, palabungkah (umbi-umbian), palawija (biji-bijian), palagantung (buah-buahan), palarambat (tanaman yang merambat), kain, upakara dan hiasan daun yang dipasang dan dirangkai sedemikian rupa pada sebuah bambu yang menjuntai kebawah.

Sejalan dengan perkembangannya selain penjor tradisi yang masih terjaga, kini penjor tersebut menjadi inspirasi untuk di kreasikan oleh masyarakat Bali sendiri sehingga menciptakan seni yang agung. Hanya saja penjor kreasi diistilah dengan 'pepenjoran'. Pepenjoran kini sudah mampu berkiprah luas hingga ke hotel-hotel berbintang sebagai hiasan sebuah event-event tertentu bahkan event bertaraf internasional sekalipun sering menggunakan pepenjoran sebagai dekorasi pintu utama. (ibgsp).

Tidak ada komentar: